SOLO TRAVELING KE BANDUNG
Created by Fitriandy Ahmad
Solo Traveling menurut
saya ialah berjalan sendiri, berpergian sendiri, berwisata sendiri, entahlah
apa itu namanya. Dalam artian panjangnya ialah seseorang yang berpergian, yang
melakukan perjalanan sendiri, tanpa partner/ teman.
Dari awal saya
terjun dan mencintai dunia Traveling beberapa tahun yang lalu, saya selalu
memiliki keinginan untuk melakukan Solo Traveling, setidaknya sekali seumur
hidup. Dan akhirnya keinginan itu bisa tercapai.
Saya akan
berbagi cerita SINGKAT saat saya
melakukan Solo Traveling yang PERTAMA
kalinya saat ke daerah Bandung (Kota Bandung & Kabupaten Bandung) Jawa
Barat, selama 3 hari dari tanggal 17 sampai 19 Februari 2017.
PERSIAPAN
Tidak ada
persiapan khusus sama sekali yang saya lakukan saat akan melakukan Solo
Traveling yang Perdana ini. Hanya saja saya lebih untuk mempersiapkan mental
saya. Begitu banyak pertanyaan dalam otak ini sebelum saya melakukan perjalanan
pertama sendiri ini. H-3 sebelum keberangkatan, saya akhirnya bisa menyakinkan
diri sendiri ini 100% saya akan Solo Traveling ke Bandung.
H-1
Kamis, 16
Februari 2017. Setelah meminta restu kedua orang tua, akhirnya saya meluncur
juga terbang dari Tanjungpinang menuju Jakarta. Kenapa Jakarta ? kok tidak
langsung Bandung ?
Karena saya ada
pekerjaan yang harus dilaksanankan di Jakarta terlebih dahulu inilah mengapa
saya harus mendarat di Jakarta.
Urusan pekerjaan
selesai. Dan malam itupun baru saya membooking tiket Kerata Api Indonesia dari
Stasiun Gambir Jakarta ke Stasiun Bandung.
Zaman sudah
serba teknologi, tidak perlu ribet dalam membeli tiket KAI. Tinggal duduk
dihotel sambil menikmati secangkir kopi pun kita bisa membeli tiket KAI. Disini
saya membeli dari aplikasi resmi KAI yaitu KAI Access yang bisa di download di
Playstore maupun Appstore. Tidak ada kesulitas sama sekali saat pertama kali menggunakan
aplikasi ini. Semua fitur yang terdapat dalam aplikasi sangat mudah di pahami
dan digunakan. Sistem pembayaran juga sangat mudah, bisa menggunakan Kartu
Kredit maupun transfer M-Banking.
Setelah melihat
jadwal - jadwal keberangkatannya, akhirnya saya memutuskan untuk berangkat jam
10.15 wib menggunakan Kereta Argo Parahyangan kelas Eksekutif dengan tarif 120 ribu rupiah . Sekali kali naik kelas
Eksekutif boleh donk yaaaa…. Hahahha.
HARI PERTAMA
Jumat, 17
Februari 2017. Dengan bermodal tas ransel ala - ala Backpacker dan tekat yang
sudah menggebu - gebu ingin merasakan rasanya Solo Traveling yang perdana ini.
Akhirnya jadi juga Perdala Solo Traveling. Akan saya ingat selalu bagaimana
rasanya jantung ini berdetak dengan irama yang tidak pernah saya rasakan den
dengarkan. Irama yang sangat indah dan merdu, yang hanya bisa saya mengerti
sendiri.
Tiker Kereta kelas Eksekutif Gambir - Bandung |
Berawal dari
Stasiun Gambir Jakarta saya menuju Stasiun Bandung. Dengan estimasi perjalanan
3 jam 30 menit dari berangkat jam 10.15 hingga sampai jam 1 siang lebih. Baca : Review – Stasiun Gambir Jakarta yang Modern. Tidak sia - sia
membeli kelas yang Eksekutif, gerbongnya bersih, berAC, ada TV, kursinya empuk,
enak dan nyaman. 3 jam 30 menit dalam kereta tidak banyak yang saya lakukan
selain menikmati perjalanan, menikmatin indahnya pemandangan selama di kereta. Selama
perjalanan, kita akan di suguhkan dengan pemandangan yang tidak pernah terlihat
sebelumnya, seperti pedesaan, gunung dan sawah.
Di dalam Kereta Argo Parahyangan |
Sesampai di
Bandung, di situlah baru saya memesan hotel. Dengan bantuan aplikasi Traveloka
yang juga bisa di downoad di Playstore maupun Appstore, setelah beberapa menit
mencari hotel yang strategis tempatnya, akhirnya saya putuskan untuk menginap
di Hotel Ibis Budget Asia Afrika Bandung. Hotelnya pas di jalan Asia Afria
Bandung dan sekitar 1 km menuju Alun – Alun Bandung. Dan hotel yang sangat
cocok untuk Backpacker. Baca : Review – Hotel Ibis Budget Asia Afrika Bandung, murah dan cocok untuk Backpacker. Harganya 320 ribu rupiah
per malam dengan fasilitas yang sangat bagus dangan kamar yang sangat bersih.
Sesampai di
hotel yang bagus ini. Saya langsung istirahat sejenak untuk mengisi tenaga dan
membersihkan diri. Bayangan saya ketika ke Bandung ialah cuacanya yang dingin,
tapi ternyata Kota Bandung sama saja panasnya kayak di Jakarta mapun di
Tanjungpinang.
Hotel Ibis Budget |
Setelah badan
kembali segar dan tenaga terisi lagi, langsung saya contect salah satu penyedia
Jasa Sewa Motor di Bandung. Karena Solo Traveling, berarti saya akan keliling
Bandung sendirian, untuk itulah saya menyewa sepeda motor untuk memudahkan
akses menuju tempat – tempat yang akan saya tuju nantinya. Saya menyewa motor
di Sewa Motor RifTrans Bandung. Biayanya 180 ribu untuk 2 malam 1 hari.
Pelayanannya bagus, dari pihak kantor dan mas - mas yang mengantar ke hotel
semuanya ramah, motornya pun juga bagus dan enak di gunakan. Baguslah pokoknya.
Karena hari
sudah sore dan tidak mungkin untuk pergi ke jauh - jauh tempat. Saya putuskan
hari ini cuma sampai ke daerah Cihampelas saja. Dengan bantuan Google Maps dan mental
nekad, saya meluncur ke Cihampelas.
Jalanan Kota
Bandung sangatlah membingungkan untuk yang pertama pergi seperti saya ini,
semua jalannya one way. Dan sempat kesasar beberpa kali hingga akhirnya saya
bisa sampai ke daerah Cihampelas ini. Baca juga : Teras Cihampelas, Ikon baru Kota Bandung. Sempat agak lama berbincang dengan pedagang di Teras
Cihampelas ini, dari dialah saya sedikit tau tentang Bandung, dia banyak
bercerita tentang daerah - daerah di Bandung. Dan dia juga meyakinkan saya
bahwa Bandung itu aman, orang - orangnya pada ramah – ramah, mesti datang dan
berpergian sendirian disini, Insyaallah aman. Memangsih terbukti, dari beberapa
orang yang telah saya temui dari beberapa jam di Bandung, semuanya pada ramah.
Di depan Cihampelas Walk |
Seperti caranya
saya pergi sampai ke Cihampelas, pulang ke Hotel pun saya juga menggunakan
bantuan Google Maps sebagai menujuk arah, yang akurat tapi juga bikin nyasar.
Google Maps Sang Penujuk Jalan |
Sesampai di
hotel. Disini lah saya baru mencari - cari tentang wisata Bandung. Melihat
artikel - artikel, membaca dan memahami lokasi lokasinya. Berhubung saya tidak
memiliki banyak waktu, jadi saya hanya bisa pergi kebeberap tempat wisata saja.
Dan setelah beberapa artikel saya baca dan analisis lokasinya, akhirnya saya memutuskan
untuk pergi ke daerah Utara ke Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Hari Kedua
Sabtu, 18
Februari 2017. Hari kedua, sesuai hasil keputusan rapat plano dengan diri
sendiri tadi malam. Yang sebenarnya di hari ini saya rencana bangun jam 4, dan
meluncur jam 5 dari hotel ke Tebing Karaton dengan perkiraan 1 jam perjalanan
maka jam 6 sampai untuk melihat Sunrise. Tapi apalah daya ternyata tubuh ini
bangun janm 5.30 dan jam 6 pagi barulah saya meluncur ke Tebing Karaton, dengan
perkiraan 1 jam ternyata karena di daerah pedesaan dan nyasar lagi, akhirnya
saya sampai sekitar jam 7.15 menit untuk melihat Sunrise yang ternyata Sunrisenya
sudah pergi tak tau kemana.
Mesti perjalanan
diwarnai dengan nyasar dan medan yang susah karena masuk di pedesaan. Sangat
tidak kecewa setelah berada di tebing ini. Pemandangan alam yang sangat
menakjubkan yang tidak pernah saya jumpai dan lihat sebelum - belumnya.
Udaranya yang dingin dan bersih, suasananya yang sunyi dan nyaman, juga
pemandangan yang indah dan memukau dengan warna hijau pepohonan yang sangat
menyegarkan mata ini. Sungguh nyaman berada disini. Cukup lama saya berada
disini sekitar 2 jam untuk menikmatin ciptaan Tuhan ini. Baca : Tebing Karaton, Gerbang Surgawi masa lalu, masa kini dan masa depan.
Biaya masuk
kesini murah hanya 10 ribu rupiah untuk orang, 2 ribu rupiah untuk asuransi dan
5 ribu rupiah untuk motor. Jika bawa kendaran roda dua sendiri, kita bisa
membawanya hingga ke depan gerbang. Jika membawa roda 4, kita tidak bisa sampai
gerbang, harus parkir di pakiran bawah yang jaraknya sekitar 3-4 km karena
jalan yang tidak bisa di lewati oleh roda 4. Dari parkiran hingga ke gerbang,
banyak ojek motor yang bisa mengantar kita, dengan biaya 50 ribu untuk pulang
pergi dan masih bisa di nego, atau bisa juga berjalan kaki.
***
Setelah sekiranya
cukup menikmatin indahnya ciptaan Tuhan ini, saya pun melanjutkan perjalanan
untuk melihat ciptaan Tuhan yang lainnya ketempat selanjutnya, yaitu Gunung
Tangkuban Perahu.
Tetap saya masih
menggunakan Google Maps sebagai penunjuk jalan untuk menuju kesana. Jalan
menuju Gunung Tangkuban Perahu tidaklah serumit ke Tebing Karaton. Tidak ada
acara nyasar hingga sampai kesana, karena selain jalannya cuma satu, penunjuk
arah kesananya jelas dan tidak masuk - masuk ke pedesaan.
Jarak dari
Tebing Karaton ke Gunung Tangkuban Perahu ialah 27 km dengan waktu perkiraan 1
jam 25 menit menurut Google Maps. Karena saya baru pertama kali, sekitar 1 jam
40 menit akhirnya saya sampai di Gunung Tangkuban Perahu. Sekitar jam 11 siang
saya tiba disana. Biaya karcis masuk ke Wisata Gunung Tangkuban Perahu ialah 30
ribu rupiah untuk Wisatawan Nusantara dan 17 ribu rupiah untuk kendaraan roda
dua.
Suhu di Gunung
Tangkuban Perahu sangatlah berbeda dengan di Kota Bandung. Mesti jam 11 saya
berada disana, tapi suhunya sepeti jam 5 pagi. Sangat dingin, dan mungkin
karena baru pertama kesitu, tubuh ini langsung bereaksi tidak beres, langsung
flu saya dibuatnya. Sekitar 1 jam saya berada disini, keliling - keliling
melihat kawah di gunung dari berbagai sudut. Masuk keluar masuk keluar ke
tempat - tempat jual oleh -oleh yang ada
disini. Hingga akhirnya saya menemukan yang saya cari selama ini, yang pernah
saya cari juga ketika di Jogja tapi tidak jumpa, yaitu Angklung. Dengan tidak
berpikir panjang langsung saja saya beli.
Tidak bisa
bertahan lama saya disini. Karena ternyata aroma belerangnya semakin siang
semakin sangat menyengat dan aromanya tidak bisa di terima oleh indra penciuman
saya ini. Baca : Aroma Belerang Gunung Tangkuban Perahu. Kepalapun
mulai agak sedikit oleng, saya sempatkan istirahat sebentar dan setelah itu
langsung turun gunung untuk melanjutkan ke tempat selanjutnya.
***
Tempat
selanjutnya ialah menuju ke Farm House Susu Lembang yang berjarak 18 km dari
Gunung Tangkuban Perahu menurut Google Maps. Dalam perjalanan kesana kita akan
melewati Hutan Pinus dan juga melewati Wisata Hutan Pinus Cikole Lembang.
Karena satu jalan, saya pun mampir sebentar masuk ke Wisata Hutan Pinus Cikole.
Karcis masuk sini ialah 5 ribu untuk orang dan 2 ribu untuk parkir motor.
Hutan Pinus Cikole Lembang |
Tidak lama saya
berada disini karena tempatnya yang tidak menggoda saya berada lama lama disini,
mungkin sekitar 10 menit saya disini dan saya kembali melanjutkan perjalanan ke
Farm House Susu Lembang bersama Google Maps (anggap aja lagi endorse Google Maps,
makanya disebut terus. Yaaaaa siapa tau aja kan bisa cepat diterima Google
Adsense nya. Hahahhaa).
Sempat mampir
sebentar sekitar 30 menit di Indo Mart saat menuju Farm House Susu Lembang
hanya untuk numpang mencharge Handphone. Mesti HP ini sudah berkapasitas
baterai 4100 mAh, ternyata dengan menghidupkan paket data, GPS, Google Maps dan
aplikasi lainnya secara bersamaan dan non stop membuat tidak bertahan lama.
Jika handphone ini mati, berarti berakhir sudah perjalanan saya, karena
penunjuk jalannya ada di handphone ini. Setelah sekitar 30 menit mencharge dan
menurut saya cukup untuk hari ini, saya kembali melanjutnya perjalanan.
***
Sebenarnya saya
memilik ekspektasi yang sangat tinggi untuk Farm House Susu Lembang ini. Karena
tempat ini terkenal dengan Rumah Hobbitnya. Tetapi selalu saja Realita tidak
sesuai Ekspektasi, dan saya benar benar sangat kecewa ketika sudah sampai di
sana dan melihat rumah Hobbitnya hanya seperti itu. Gambaran yang ada di kepala
saya itu sangat wow dan keren, tapi kenyataannya yaaaa sudahlah, sedih kalau di
ceritakan, coba saja datang kesana pasti akan mengerti.
Rumah Hobbit di Farm House Susu Lembang |
Biaya masuk ke
Farm House Susu Lembang ini 20 ribu rupiah, dan kita akan mendapatkan 1 gelas
besar susu sapi asli dari sana. Susunya enak, dan cukuplah untuk menemani
keliling daerah situ. Farm House ini ialah seperti rumah peternakan dengan arsitektur ala ala Belanda. Mesti kecewa dengan rumah Hobbitnya, tapi tidak dengan
susunya.
Ada pelukis
wajah menggunakan pensil di dalam area tersebut. Walaupun kecewa, setidaknya
harus ada kenang kenangan dari Farm House Susu Lembang. Saya pun meminta untuk
dilukis wajah saya. Saya salut dengan Akang Pelukis yang bernama Rois yang
melukis wajah saya. Dia sangat hebat, bayangkan saja melukis wajah saya saja
hanya membutuhkan waktu 5 menit sudah selesai, 3 menit untuk melukis pola dan 2
menit untuk finisingnya. Luar biassaaa lah pokoknyaa.
Pelukis 5 menit jadi |
***
Sebenarnya ada
beberapa tempat lagi yang ingin saya kunjungi di daerah Lembang tersebut yang 1
arah maupun berdekatan lokasinya. Seperti Floating Market, Dusun Bambu, De’
Ranch dan masih banyak lagi lah. Tapi berhubung baterai handhphone yang sudah
tinggal 10 persen dan hari sudah mulai sore mesti belum begitu sore, saya pun memilih
untuk langsung pulang kembali ke Hotel. Dan tentunya masih ditemani dengan
Google Maps.
Setelah sampai
di hotel dan istirahat sejenak beberapa jam hingga malam. Barulah saya kembali
keluar untuk menikmatin suasana di Kota Bandung, dengan menyusuri Jalan Asia
Afrika dengan berjalan kaki. Kalau di Jogja, ini sama seperti di Mallioboro,
rame di penuhin orang - orang di daerah Jalan Asia Afrika dan Alun Alun ini.
Setelah sekiranya puas berkeliling saya pun kembali ke hotel untuk beristirahat
dan menyudai perjalanan di hari kedua ini.
Depan Gedung Merdeka |
Hari Ketiga
Minggu, 19
Februari 2017. Tidak ada agenda untuk hari ini selain pulang kembali ke Jakarta
dan ke Tanjungpinang kembali. Saya mengambil penerbangan CGK – TNJ jam 17.30. Dan
sengaja saya juga mengambil keberangkatan Kereta BD – GMR jam 8.30 agar saya
masih punya banyak waktu di Jakarta.
Stasiun Bandung |
Rencananya sih saya ingin mampir dulu di
Kota Tua Fatahillah. Tapi lagi lagi rencana tidak susuai. Yang perkiraan Kereta
tiba di Gambir jam 12 siang ini menjadi jam 2.30 siang. Yang perkiraan 3 jam 30
menit sampai, ini menjadi 6 jam. Kereta harus berhenti lebih dari 2 jam di
Stasiun Cikampek, katanya sih karena sinyal ke pos berikutnya untuk masuk ke
jalur berikutnya terputus. Jadi gagal dah saya ke Kota Tua Fatahillah.
Perjalanan saya
sendiri yang pertama kalinya, akhirnya di tutup dengan Sunset dari ketinggian 10
ribu kaki dari permukaan air. Karena pesawat take off jam 18.00 jadi pas banget
untuk melihat Sunset dari udara.
Sunset di atas ketinggian 10 ribu kaki |
“Dan akhirnya saya menyadari, Traveling itu tidak mesti tentang tempat Destinasinya, tetapi juga tentang Perjalanannya” - Fitiandy Ahmad -
Terimakasih Bandung, Kau menyadarkanku bahwa INDONESIA Ini Luar Biassaaa.
wah seru banget gan lain kali ajak ajak ya gan pengen juga ke bandung
ReplyDeleteboleh gan, lain kali kita melancong bersama
Deletekeren pemandangannya
ReplyDeletebandung lah punya
Deletemantappp,,bandung memang surganya wisata.2 hari menurut saya masihkurang heheee
ReplyDeleteiya om masih kurang banget.... yaaaa mau bagaimana lagi, tak ada waktu.... #Flashpacking aja om
DeleteAsik ya travelling solo ke Bandung.
ReplyDeletehehehhe.... asik banget om
Deletewah seru banget gan , recommended destinasinya
ReplyDeletethanks om... recommended bangetttt
Deleteahhhh seru gila bro, pengen banget gw ke hutan pinus
ReplyDeleteayo om melancong ke hutan pinus sini
DeleteJauh juga mainnya dari Tanjung Pinang,
ReplyDeletekalo saya pernah solo traveling ke Bandung dari Jakarta via Puncak pake motor matic, baliknya lewat Purwakarta. Seruuu.
wew keren om....
Deleteiya om saya orang tanjungpinang... ya jauh sih... pengorbanan dah
uhuuuyyy Bandung kota kelahiranku emg selalu bikin nyaman, have fun di Bandung mas. salam kenal yaaaa
ReplyDeletewww.irhamfaridh.com
thanks om... salam kenal kembalii.. sering sering mampir kesini om..
DeletePerjalanan yang menyenangkan itu gan... Lanjutkan mampir ke Swiss Van Java Garut dong biar makin afdol.. Banyak spot keren disini.
ReplyDeletesiap coy.... trip selanjutnya jika ke arah jawa barat, akan mampir kesana....
Deletekeren
ReplyDelete